28 November 2007

DITUNTUN OLEH MATA TUHAN

Tulisan ini diambil dari buku "PEMBURU TUHAN" karangan Tommy Tenney, penerbit Immanuel, halaman 44-45, dengan perubahan seperlunya.



Terlalu sering umat Tuhan hanya dipimpin oleh Firman yang tertulis atau perkataan perbuatan. Alkitab berkata bahwa Tuhan ingin agar kita bergerak melampaui hal itu ke suatu tempat yang ditandai oleh sikap kelembutan hati terhadap Dia dan suatu kedewasaan yang mengijinkan Dia "menuntun kita dengan matanya" (Mazmur 32:8-9).

Dalam rumah seperti itulah saya dibesarkan. Ayah atau ibu saya hanya cukup memandang saya, dan itu sudah cukup ampuh. Jika saya mulai menyimpang ke jalan kebodohan bagi seorang anak kecil, ayah ibu saya tidak perlu menegur saya secara lisan. Hanya dengan sorot matanya saja sudah cukup untuk memberikan tuntunan yang saya perlukan.

Apakah kita masih perlu mendengar suara Tuhan yang seperti halilintar? Atau, apakah kita masih perlu suatu perkataan nubuatan yang jelas untuk meluruskan perbuatan kita?
Atau mampukah kita membaca isi hati Allah yang terpancar dari wajah-Nya?
Apakah kita cukup lembut sehingga mata-Nya dapat menuntun dan menempelak hati kita yang berdosa?
Ketika Dia melihat jalan kita, apakah kita dengan cepat mengatakan, "Oh, seharusnya saya tidak melakukan hal itu. Atau, seharusnya saya tidak pergi ke sana. Atau, seharusnya saya tidak mengatakannya. Karena itu akan mendukakan Bapaku"?
Pandangan mata Yesus menempelak Petrus, dan melalui kokokan ayam dia menangisi jalan-jalannya.

Tuhan ada di mana-mana, tetapi Dia tidak memalingkan wajah-Nya dan rahmat-Nya ke segala tempat. Itu sebabnya kenapa Dia mengatakan kepada kita untuk mencari wajah-Nya.
Benar, Tuhan hadir dalam ibadah-ibadah kita, tapi sudah berapa lama rasa lapar kita menyebabkan kita merangkak ke pangkuan-Nya dan seperti anak kecil, menjangkau wajah-Nya dan memalingkannya kepada kita?
Tuhan menginginkan hubungan yang intim. Wajah-Nya harus menjadi pusat perhatian kita.

Bangsa Israel merujuk pada manifestasi hadirat Tuhan dengan apa yang disebut Shekinah kemuliaan Tuhan.
Ketika Daud ingin memindahkan Tabut Perjanjian kembali ke Yerusalem, dia tidak tertarik dengan kotak penutup emas dan barang-barang yang ada di dalamnya. Daud tertarik pada nyala api biru yang berkobar di antara sayap kerubim di atas tabut itu, karena ada sesuatu mengenai nyala api itu, yang menegaskan bahwa Tuhan hadir.
Dan kemanapun kemuliaan atau pernyataan hadirat Tuhan berada, maka akan ada kemenangan, dan kuasa, dan berkat.
Keintiman dengan Tuhan akan membawa "berkat", tetapi mengejar "berkat" tidak selalu membawa kita kepada keintiman.


thanks God, Engkau membuat segala sesuatu jadi baru,
iwan

Tidak ada komentar: